KULIAH WAHIDIYAH, bimbingan praktis Hadhrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma’ruf Mu’allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra.
BAB III – S H A L A W A T
A. DASAR DAN HUKUM MEMBACA SHOLAWAT
Dasar mengamalkan atau membaca sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad shollaloohu ‘alaihi wasallam adalah firman Alloh SWT dalam surat al-Ahzab ayat 56 :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا (23- الأحزاب:56)
Artinya kurang lebih :
“Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi (SAW), wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu semua dan sampaikan salam sebaik-baiknya kepada-nya (Nabi SAW)”.
Sholawat dari Alloh SWT. kepada Kanjeng Nabi SAW berupa penambahan rahmat dan kemulyaan (rahmat ta’dhim), sedangkan yang kepada selain Kanjeng Nabi SAW, berupa rahmat dan maghfiroh (kasih sayang dan ampunan).
Adapun sholawatnya para Malaikat kepada Kanjeng Nabi SAW berupa permohonan rahmat dan kemulyaan kepada Alloh bagi Kanjeng Nabi SAW, dan yang kepada selain Kanjeng Nabi SAW berupa permohonan rahmat dan maghfiroh.
Mengenai kedudukan hukumnya membaca sholawat, ada beberapa pendapat dari para ulama’. Ada yang mengatakan wajib bil ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali semasa hidup, dan ada yang berpendapat sunnah mu’akkad. Akan tetapi membaca sholawat pada tahiyyat akhir dari sholat hukumnya wajib karena sudah menjadi rukun dari pada sholat.
Bagi kita para pengamal sholawat Wahidiyah dan pada umumnya kita kaum mukminin, disamping memperhatikan pendapat para ulama’ tentang kedudukan hukumnya membaca sholawat seperti diatas, yang penting lagi adalah menyadari dengan konsekuen, bahwa membaca sholawat kepada Nabi SAW merupakan KEWAJIBAN MORAL dan keharusan budi nurani tiap-tiap manusia, lebih-lebih kita kaum mukminin. Sebab, pertama, kita diperintah membaca sholawat seperti pada ayat tersebut diatas. Kedua, kita semua berhutang budi kepada Kanjeng Nabi SAW, yang tidak terhitung banyak dan besarnya, dhohiron wa batinan, syar’an wa haqiqotan.
Faedah dan manfa’at membaca sholawat kembali kepada yang membaca. Malah disamping si pembaca sendiri, keluarganya, masyarakat dan bahkan makhluq-makhluq lain ikut merasakan manfa’at dan barokahnya bacaan sholawat. Manfa’at dan barokah yang luas sekali, baik untuk kepentingan di dunia maupun kepentingan di akhirat. Manfaat lahir dan manfaat batin, manfaat materiil dan manfaat spiritual. Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri tidak berkepentingan tergantung kepada bacaan sholawat dari para umatnya. Adanya perintah membaca sholawat, justru manfaatnya kembali kepada umat, untuk mengangkat derajat para umat, untuk meningkatkan iman, taqwa, dan mahabah para umat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
B. FAEDAH DAN MANFAAT MEMBACA SHOLAWAT
Ada banyak sekali sabda hadits Rosululloh SAW. menerangkan fadhiilah, keutamaan dan manfaatnya membaca sholawat. Juga banyak hadits yang memberi peringatan dan bahkan kecaman terhadap mereka yang lengah kurang perhatian terhadap membaca sholawat. Hadits-hadits tersebut antara lain seperti di bawah ini :
1. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا. وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ عَشْرًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ مِائَةً. وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِائَةً كَتَبَ اللهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ بَرَاءَةً مِنَ النِفَاقِ وَبَرَاءَةً مِنَ النَارِ وَأَسْكَنَهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مَعَ الشُهَدَاءِ (رواه الطبراني عن أنس رضي الله عنه)
(1) Bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku satu kali, maka Alloh akan membalas sholawat kepadanya sepuluh kali, dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku sepuluh kali, maka Alloh membalas sholawat kepadanya seratus kali, dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku seratus kali, maka Alloh menulis diantara kedua matanya : “bebas dari munafik dan bebas dari neraka”, dan Alloh menempatkannya besok pada hari kiamat bersam-sama dengan para syuhada’”.
(Hadits riwayat Thobroni dari Anas bin Malik).
Betapa besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan membaca sholawat kepada Nabi SAW. Satu kali, dibalas sepuluh kali; sepuluh kali, dibalas seratus kali; dan seratus kali membaca sholawat dicatat dan dijamin bebas dari munafik dan bebas dari neraka, disamping digolongkan dengan para syuhada’. Bahkan lebih dari itu. Sholawat dari Alloh SWT bagi para hamba-Nya jauh lebih berharga, tidak dapat dibandingkan dengan membaca sholawat para hamba-Nya.
“Munafik” adalah mental yang sudah menjadi wabah masyarakat (mental epidemi). Jika tidak segera diadakan penanggulangan dan pengobatan pasti akan membawa kehancuran dan kesengsaraan umat manusia. Sebab di dalam sifat munafik itu tersimpan “Nuklir Jahat” yang sangat besar potensinya dan paling dahsyat akibat kehancurannya. Lebih dahsyat daripada bom nuklir di Hirosima. Energi potensinya yang jahat itu tidak hanya bisa menghancurkan dunia seisinya !. Firman Alloh SWT:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (20-الروم :41).
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (30 – ar Rum : 41).
Yakin akan kebenaran sabda hadits di atas, kita sebagai orang mukmin seharusnya berani dengan konsekuen menjadikan bacaan sholawat kepada Nabi SAW. sebagai “resep obat penyakit munafik” yang bersarang di dalam hati kita masing-masing. Kita dan keluarga kita. Bahkan bagi kita dan bagi umat masyarakat.
2. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَجَلْ, أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي, فَقَالَ : مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلاَةً كَتَبَ اللهُ لَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهَا (رواه الإمام أحمد عن أبي طلحة الأنصاري).
(2) Bersabda Rosululloh SAW :
“Ya benar, telah datang kepada-Ku seorang pendatang dari Tuhan-Ku kemudian berkata : “barang siapa diantara umat-Mu membaca sholawat kepadaMu satu sholawat, maka sebab bacaan sholawat tadi Alloh menuliskan baginya sepuluh kebaikan, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan, dan Alloh membalas sholawat kepadanya sepadan dengan sholawat yang ia baca” (Hadits riwayat Imam Ahmad dari Abi Tolhah al-Ansori).
Dengan hadits no. (2) itu seharusnya lebih mantap perhatian kita terhadap membaca sholawat kepada Nabi SAW. Disitu disebutkan sebagai amal kebaaikan, sebagai penghapus keburukan dan sebagai pengangkatan derajat si pembaca sholawat. Derajat di sisi Alloh SWT dan menurut pandangan-Nya pula
3. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاَةً (رواه الترميذي عن ابن مسعود).
(3) Bersabda Rosululloh SAW :
“Sesungguhnya yang paling utama manusia di sisi-Ku besok pada hari kiamat ialah mereka yang paling banyak membaca sholawat kepada-Ku” (Hadits riwayat Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud).
Setiap umat Muhammad SAW, tentu ingin dirinya berada dekat dengan Rosululloh SAW lebih-lebih besok pada hari kiamat. Adakah kita sudah konsekuen dengan keinginan itu ?. Artinya lalu usaha bagaimana agar supaya kita berada dekat dengan Rosululloh SAW ?. Marilah kita perhatikan sabda hadits di bawah ini !.
4. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَكْثَرُكُمْ عَلَيَّ صَلاَةً أَقْرَبُكُمْ مِنِّي مَنْزِلَةً (سَعادة الدارين: 58).
(4) Bersabda Rosululloh SAW :
“Yang paling banyak di antara kamu sekalian membaca sholawat kepada-Ku, dialah paling dekat dengan Aku besok di hari kiamat” (Dari kitab Sa’aadatud Daaroini hal. 58).
Sekalipun hadits tersebut menggunakan kalam khobar, akan tetapi tekanannya adalah kalam insyak yang memberi jaminan atau garansi.
5. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ الصَّلاَةَ عَلَيَّ كَفَّارَةٌ لَكُمْ وَزَكَاةٌ, وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا (رواه ابْنُ أّبِي عاصِم عن أنس)
(5) Bersabda Rosululloh SAW :
“Bersholawatlah kamu semua kepada-Ku. Sesungguhnya bacaan sholawat kepada-Ku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian. Dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku satu kali, Alloh memberi sholawat kepadanya sepuluh kali”.
(Hadits riwayat Ibnu Abi ’Ashim dari Anas bin Malik).
Dari hadits tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca sholawat kepada Nabi SAW, berfungsi istighfar dan memperoleh jaminan maghfiroh dari Alloh SWT.
6. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أكْثِرُوا الصَلاَةَ عَلَيَّ, فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ عَلَيَّ مَغْفِرَةٌ لِذُنُوْبِكُمْ وَاطْلُبُوا لِيْ الدَّرَجَةَ وَالْوَسِيْلَةَ (رواه ابنُ عساكر عن الحسن بن علي رضي الله عنهُ).
(6) Bersabda Rosululloh SAW :
“Perbanyaklah bersholawat kepada-Ku; maka sesungguhnya bacaan sholawat kamu sekalian itu merupakan maghfiroh atas dosa-dosa kamu sekalian, dan carilah wasilah kepada-Ku” (Hadits riwayat Ibnu ‘Asakir dari Hasan bin Ali Ra.).
7. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلاَتُكُمْ عَلَىَّ مَحْرَزَةٌ لِدُعَائِكُمْ وَمْرْضَاةٌ لِرَبِّكُمْ وَزَكَاةٌ لأَعْمَالِكُمْ (رَواه الدَيْلَمِي عنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وجْهَهُ).
(7) Bersabda Rosululloh SAW :
”Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu merupakan pengawal bagi do’a kamu sekalian dan memperoleh keridhoan Tuhan-mu, dan merupakan pembersih amal-amal kamu sekalian”. (Hadits riwayat Dailami dari Sayyidina ‘Ali Karromalloohu Wajhah).
8. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلدُّعَاءُ كُلُّهُ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يَكُوْنَ أَوَّلُهُ ثَنَاءً عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَصَلاَةً عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُوْ فَيُسْتَجَابُ لِدُعَائِهِ (رواه النسائي عن عبدالله بن بِسْرٍ).
(8) Bersabda Rosululloh SAW :
“Segala macam doa itu terhijab (terhalang/tertutup), sehingga permulaan berupa pujian kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dan sholawat kepada Nabi SAW kemudian berdo’a, maka do’a itu diijabahi” (Hadits riwayat Imam Nasa’i).
Dari hadits tersebut jelas bahwa sholawat kepada Nabi SAW merupakan “kunci pembuka pintu hijabnya” do’a hamba kepada Alloh SWT, dan menjadi jaminan terkabulnya sesuatu do’a. Dengan kata lain do’a kepada Alloh SWT, yang tidak disertai atau yang tidak mengandung sholawat Nabi SAW tidak bisa sampai kepada Alloh SWT. Jangankan dikabulkan.
9. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِائَةَ حَاجَةٍ, سَبْعِيْنَ مِنْهَا لأَخِرَتِهِ وَثَلاَثِيْنَ مِنْهَا لِدُنْيَاهُ (أَخْرَجَهُ ابْنُ مُندِهِ عن جَابِر رَضِي اللهُ عنه).
(9) Bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari seratus kali, maka Alloh mendatangkan baginya seratus macam hajat kebutuhan; yang 70 macam untuk kepentingannnya di akhirat, dan yang 30 macam untuk kepentingan di dunia” (Dikeluarkan oleh Ibnu Mundih dari Jabir Ra.).
Sudah barang tentu kita tidak boleh menyalahgunakan hadits tersebut dengan menganggap cukup memperbanyak membaca sholawat saja dan tidak usaha atau tidak ikhtiar. Sama sekali tidak boleh. Suu-ul adab dan ber-i’tikad buruk kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !. Kita diwajibkan usaha dan bekerja melaksanakan bidang-bidang yang menjadi tugas kewajiban kita dengan setepat mungkin dan sesempurna – sempurnanya. Istilah di dalam Wahidiyah harus “YUKTI KULLAA DZII HAQQIN HAQQOH”.
Atas dasar hadits tersebut itulah antara lain di dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah 40 hari ada bagian sholawat yang harus dibaca 100 kali yaitu sholawat yang pertama “ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD….”. Dengan demikian tidak perlu diragukan bahwa banyak persoalan-persoalan problema hidup dan bermacam-macam hajat/kepentingan dikaruniai jalan keluar secara lahiriyah setelah mengamalkan Sholawat Wahidiyah selama 40 hari. Alhamdulillah !
10. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي يَوْمٍ أَلْفَ مَرَّةٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ (روَاهُ الضِيَاءُ عن أنس ابنِ مَلكٍ).
(10) Bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari seribu kali, dia tidak akan mati sehingga dia melihat tempatnya di surga” (Diriwayatkan oleh ad-Dliya’ dari Anas bin Malik).
Juga kita tidak boleh menyalahgunakan hadits nomor (10) ini !. Akan tetapi kita harus yakin kebenaran hadits tersebut dan seharusnya usaha merealisir keyakinan kita itu demi meningkatkan iman dan taqwa serta mahabah kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !.
11. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : زَيِنُوْا مَجَالِسَكُمْ بِالصَلاَةِ عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ عَلَيَّ نُوْرٌ لَكُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ (رواه الدَيْلَمِي عن ابْنِ عُمر رضِي اللهُ عنه).
(11) Bersabda Rosululloh SAW :
“Hiasilah ruangan tempat pertemuanmu dengan bacaan sholawat kepada-Ku. Maka sesungguhnya bacaan sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu menjadi “Nur” di hari kiamat” (Diriwayatkan oleh Dailami dari Ibnu Umar).
12. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ مَادَامَ اسْمِي فِي ذَاِلِكَ الْكِتَابُ (رواه الطَبْرَاني عن أبي هريرة).
(12) Bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa bersholawat (menuliskan sholawat) kepada-Ku di dalam suatu kitab, maka para malaikat tiada henti-hentinya memohonkan ampunan baginya selama nama-Ku masih berada di dalam kitab tersebut”. (Hadits riwayat Tobroni dari Abi Huroiroh).
C. KECAMAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK MAU MEMBACA SHOLAWAT
13. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ فَذَاكَ أَبْخَلُ النَاسِ (روَاه ابنُ أَبِي عَاصِم عن أَبِي ذَرٍّ الغِفَاري).
(13) Bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa (mendengar) AKU disebut didekatnya dan tidak membaca sholawat kepada-Ku, maka dia itulah sebakhil-bakhil manusia” .(Hadits riwayat Ibnu Abi ‘Ashim dari Abu Dzarrin Al Ghiffari).
14. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَيَرَى وَجْهِي ثَلاَثَةُ أَنْفُسٍ : اَلْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَتَارِكُ سُنَّتِي وَمَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ إِذَا ذُكِرْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ (ذُكِر في قوْلِ البَدِيْع عن عائِشَةَ رضِي اللهُ عنهَا)
(14) Bersabda Rosululloh SAW :
“Tiga orang tidak akan bisa melihat wajah-Ku : orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang yang meninggalkan (tidak mengerjakan) sunnah-Ku, dan orang yang tidak membaca sholawat kepada-Ku ketika (mendengar) Aku disebut didekatnya”.
(Tertulis dalam kitab Qoulul Badi’–nya Imam Sakhowi, dari Aisyah Rodhiyalloohu ‘anha).
Maka dari itu setiap kita mendengar nama Kanjeng Nabi Muhammad atau sebutan Rosululloh SAW, atau sebutan lain yang maksudnya adalah Kanjeng Nabi SAW, kita supaya selalu membaca sholawat !. Begitu juga seharusnya ketika kita membaca atau menulis !. Pada umumnya sholawat yang kita baca pada saat seperti itu adalah sholawat yang pendek atau singkat, misalnya :
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Al-Mukarrom Mbah KH. Abdoel Madjid Ma’roef QS. wa RA Mu’allif Sholawat Wahidiyah senantiasa menganjurkan supaya memperbanyak membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” dimanapun kita berada !. Dibaca lisan atau secara sirri dalam batin, melihat situasi dan kondisi !.
Dengan memperbanyak membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”, alhamdulillah bertambah banyak ingat kita kepada Rosululloh SAW., dan dengan demikian makin bertambah pula ingat kepada Alloh SWT. Ingat kepada utusan, spontan membawa ingat kepada yang mengutus, yakni Alloh SWT.
15. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ ذُكِرْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ صَلاَةً تَامَّةً فَلَيْسَ مِنِّي وَلاَ أَنَا مِنْهُ. ثُمَّ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اللهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ لَمْ يَصِلْنِي (عن أَنَس ابنِ مالكٍ)
(15) Bersabda Rosululloh SAW :
“Barang siapa (mendengar) AKU disebut didekatnya dan tidak membaca sholawat kepada-Ku dengan cara bersholawat yang sempurna, maka dia bukan dari golongan-Ku. Dan Akupun bukan dari golongan dia. Kemudian Rosululloh SAW. melanjutkan sabdanya (dalam bentuk do’a) : “Yaa Alloh, pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan Aku, dan putuskanlah (hubungan) orang yang tidak mau berhubungan dengan Aku“. (Diriwayatkan dari Anas bin Malik).
Marilah sabda hadits-hadits tersebut diatas kita jadikan untuk mengoreksi pribadi kita masing-masing sampai seberapa dekat hubungan kita dengan Rosululloh SAW !.
Demikian hadits-hadits dan masih banyak lagi lainnya yang menerangkan fadhiilah, manfaat dan kebaikan membaca sholawat, yang segala manfaat itu kembali kepada dan dirasakan oleh si pembaca sholawat, berguna bagi keluarga dan bagi tetangganya, bagi masyarakat bangsa dan negaranya, bahkan bagi makhluq pada umumnya. Manfaat dalam urusan agama, dalam kepentingan dunia dan kepentingan di akhirat. Manfaat lahiriyah dan batiniyah. Yang demikian itu harus kita sadari betapa agungnya fadhol dan rahmat kasih sayang Alloh SWT. kepada kita manusia hamba-Nya, yang dilewatkan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Rahmat bagi seluruh umat manusia bahkan rahmat bagi seluruh alamin. Firman Alloh SWT :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ (21- الأَنْبِيَاء : 107)
“Dan tiada aku mengutus Engkau (Muhammad SAW), melainkan sebagai rahmat – kasih sayang – bagi seluruh alam” (al-Anbiyaa:107).
Betapa luhur dan agungnya derajat dan kemulyaan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, di sisi Alloh SWT !. Manusia Agung satu-satunya di dunia yang memegang hak wewenang, memberi syafa’at pertolongan baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak. Pemimpin dunia yang menyelamatkan manusia dari kesengsaraan dan kehancuran, yang mengangkat kita dari jurang kehinaan, yang membawa dan menuntun kita melalui jalan keselamatan menuju kota kebahagiaan, yang melindungi kita dari angkara murkanya perselisihan dan permusuhan.
Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wassalam telah mengorbankan kehidupan pribadi dan keluarga-Nya serta sahabat-sahabat-Nya demi untuk keselamatan dan kebahagiaan umat, kebahagiaan lahir batin, materiil dan spirituil, di dunia dan di akhirat. Walhasil kita tidak mampu menyusun kata-kata untuk menguraikan betapa agung dan luhurnya budi dan jasa Beliau Rosululloh SAW kepada kita para umat, bahkan kepada sekalian makhluq pada umumnya. Jasa dan budi nurani yang meliputi jasadan wa ruuhan, syar’an wa haqiiqotan. Tinggal sampai sejauh mana tanggapan kita para umat. Inilah yang harus senantiasa kita renungkan.
D. MEMBACA SHOLAWAT PADA HARI JUM’AT
Membaca sholawat pada hari Jum’at, siang maupun malamnya, sholawat itu langsung diterima oleh Rosululloh SAW sendiri.
Betapa indah dan bahagia kita sebagai umat, bahwa sholawat yang kita tunjukan kepada Rosululloh SAW yang Kekasih dan Utusan Alloh SWT itu diterima langsung oleh tangan Beliau SAW sendiri !. Kita bayangkan seandainya kita menyampaikan sesuatu hadiah atau penghormatan kepada Presiden misalnya, hadiah itu langsung diterima oleh tangan Presiden sendiri, bukankah ini suatu kehormatan dan kegembiraan dan suatu kenang-kenangan yang mengesankan ?. Itu baru kepada Presiden suatu negara di dunia. Padahal Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah Presidennya jagad, Pemimpin di dunia dan Pemimpin serta Pembela di akhirat !. Seharusnya jauh lebih gembira, jauh lebih terkesan, jauh lebih terpesona kemudian lebih berterima kasih dan bersyukur.
Mari kita koreksi diri kita masing-masing, bagaimana adab kita terutama adab batin kita ketika membaca sholawat, lebih- lebih pada hari Jum’at sudahkah kita menyesuaikan diri seperti benar-benar dihadapan Rosululloh SAW ketika membaca sholawat ?. Ataukah malah sebaliknya hanya asal baca dan tidak ingat kepada Rosululloh SAW. Padahal sholawat yang kita baca itu diterima oleh Rosululloh SAW ?.
AL FAATIHAH ! BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM….
1. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَكْثِرُوا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمْعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِي تُعْرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمْعَةٍ (رَوَاه البَيْهَقِي عَن أَبِي أُمَامَةِ)
(16) Bersabda Rosululloh SAW :
“Perbanyaklah membaca sholawat kepada-Ku pada tiap hari Jum’at maka sesungguhnya bacaan umat-Ku pada tiap hari Jum’at itu diperlihatkan kepada-Ku” (Diriwayatkan oleh Baihaqi dengan Sanad Hasan dari Abi Umamah).
Ukuran banyak sedikitnya bacaan sholawat itu para Ulama’ Ahli Sholawat berbeda-beda pendapat. Ada yang menyebut bilangan 100, ada yang 313, ada yang 1.000 dan seterusnya. Hadhrotul Mukarrom Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menganjurkan apabila memperbanyak membaca sholawat supaya memilih bilangan gnjil, misalnya 7, 11, 41, 313. Atau memilih bilangan 100, 1000, 5000, 11000 dan seterusnya.
2. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِي يَوْمِ الجُمْعَةِ فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُصَلِّي يَوْمَ الْجُمْعَةِ إِلاَّ عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلاَتُهُ (رَواه الحاكِمُ وَغَيْره عن ابنِ مَسْعُوْدٍ)
(17) Bersabda Rosululloh SAW :
“Perbanyaklah membaca sholawat kepada-Ku tiap-tiap hari Jum’at. Sesungguhnya tidak seorangpun yang membaca sholawat kepada-Ku pada hari Jum’at melainkan diperlihatkan kepada-Ku sholawat yang ia baca” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan lainnya dari Ibnu Mas’ud).
Adapun membaca sholawat di hari-hari selain hari Jum’at, sholawat tersebut disampaikan kepada Rosululloh SAW oleh malaikat yang bertugas khusus untuk itu. Akan tetapi apabila membacanya dengan penuh adab, sungguh-sungguh ta’dhim mahabbah dan syauq atau rindu yang mendalam, sekalipun di luar hari Jum’at, sholawat tersebut diterima secara langsung oleh Rosululloh SAW. Disinilah perlunya kita harus beradab yang sebaik-baiknya sewaktu membaca sholawat. Adab kepada Alloh SWT dan adab Rosululloh SAW.
3. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَيَّ فَأَحْسِنُوا الصَّلاَةَ فَإِنَّكُمْ لاَتَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَالِكَ يُعْرَضُ عَلَيَّ (رَواه الدَيْلَمي عن ابْنِ مسْعود رصي الله عنه).
(18) Bersabda Rosululloh SAW :
“Ketika kamu sekalian membaca sholawat kepada-Ku, maka baguskanlah bacaan sholawat itu. Sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekiranya hal tersebut diperlihatkan kepada-Ku” (HR. ad-Dailami dari Ibnu Mas’ud, dalam “Ibaad” hal. : 62).
Hadhrotul Mukarrom Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef QS. wa RA. menganjurkan agar supaya menerapkan “ISTIHDHOR” di dalam kita membaca sholawat. Sholawat apa saja. Istihdhor artinya merasa seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW. Ini termasuk adab membaca sholawat disamping niat ikhlas LILLAH, seperti sudah diterangkan di muka. Dengan istihdhor seperti itu dengan sendirinya hati kita dapat lebih tawadhu’ tidak berani berkutik kesana kemari dan akan makin tertanam lebih mendalam mahabbah cinta kepada Rosululloh SAW.
4. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ, فَإِنَّ اللهَ وَكَّلَ بِي مَلَكًا عِنْدَ قَبْرِي. فَإِذَا صَلَّى عَلَيَّ رَجَلٌ مِنْ أُمَّتِي, قَالَ لِي ذَالِكَ : يَامُحَمَّدُ إِنَّ فُلاَنَ ابْنَ فُلاَنٍ صَلَّى عَلَيْكَ (رَواه الدَيْلَمِي عن أَبي بَكْر وَأَخْرَجَهُ النُمَيْرِي عَنْ حَمَّاد الكُوفِي).
(19) Bersabda Rosululloh SAW :
“Perbanyaklah membaca sholawat kepada-Ku. Sesungguhnya Alloh menugaskan malaikat bagi-Ku bertugas di kuburku. Maka apabila seseorang dari umat-Ku membaca sholawat kepada-Ku, malaikat tadi berkata kepada-Ku “Yaa Muhammad, sesungguhnya fulan bin fulan membaca sholawat kepada-Mu” (Diriwayatkan oleh Dailami dari Abu Bakar Siddiq dan oleh An-Namiri dari Hammad Al Kufi).
Jadi nama-nama orang yang membaca sholawat dan nama-nama orang tuanya yang dilaporkan kepada Rosululloh SAW. Mari ini kita renungkan betapa barokahnya membaca sholawat.
AL FAATIHAH ! BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM….
5. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِيْنَ يُبَلِّغُوْنِي عَنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ (روَاهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ عنِ ابنِ مَسْعودٍ وَقَالَ الحَاكِمُ صَحِيْحُ الإِسْنَادِ).
(20) Bersabda Rosululloh SAW :
“Sesungguhnya Alloh memiliki malaikat-malaikat yang bertebaran di angkasa yang tugasnya menyampaikan kepada-Ku salam dari umat-Ku” (Hadits riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Mas’ud. Dan al-Hakim berkata sanadnya shohih).
6. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً يَسِيْحُوْنَ فِي الأَرْضِ يُبَلِّغُوْنَ صَلاَةَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ أُمَّتِي (أَخْرَجَهُ الدَرَاقُطْنِي عنْ عَلِيٍّ كرَّمَ اللهُ وجهَهُ).
(21) Bersabda Rosululloh SAW :
“Sesungguhnya Alloh memiliki malaikat-malaikat yang bertebaran di bumi yang tugasnya menyampaikan kepada-Ku sholawatnya orang dari umat-Ku yang membaca sholawat kepada-Ku” (Dikeluarkan oleh Daroquthni dari Sayyidina ‘Ali Karromalloohu Wajhah).
Setelah kita mengetahui sedikit tentang faedah dan manfaatnya membaca sholawat, dan mengerti kedudukan Beliau SAW di sisi Alloh SWT serta fungsi dan peranan Beliau SAW bagi para umat, maka adalah menjadi kewajiban kita untuk lebih meningkatkan adab-adab kita terhadap Beliau Rosululloh SAW terutama batin kita !. Dan lebih-lebih ketika membaca sholawat.
Di dalam Wahidiyah senantiasa diserukan agar supaya setiap kita membaca sholawat, sholawat apa saja, khususnya sholawat Wahidiyah, supaya dengan adab lahir dan adab batin sebaik-baiknya. Antara lain yaitu niatnya harus betul-betul ikhlas beribadah kepada Alloh – LILLAH, tanpa pamrih suatu apapun, baik pamrih perkara akhirat, lebih-lebih pamrih perkara dunia. Selanjutnya ta’dhim dan mahabbah dan “istidhor” merasa seolah-olah seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW !.
Masalah adab kepada Rosululloh SAW adalah hal yang sangat penting sekali untuk diperhatikan. Sekurang-kurangnya adab batin harus kita jaga !. Dengan melestarikan membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” kapan dan dimana saja ada kesempatan, dibaca lisan atau dalam batin melihat situasi, besar sekali menfaatnya bagi meningkatkan adab batin kita terhadap Rosululloh SAW, disamping manfaat-manfaat lain yang banyak sekali. Mari kita terapkan untuk diri kita masing-masing dan keluarga kita !. Bahkan oleh Hadhrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Makruf QS wa RA Mu’allif Sholawat Wahidiyah kita dianjurkan agar supaya disampaikan juga pada orang lain, kepada masyarakat luas, disamping diamalkan sendiri !. Membaca sholawat dan salam kepada Rosululloh SAW., setiap keluar masuk rumah juga dianjurkan dengan kalimat :
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِكَ يَاسَيِّدِي يَارَسُوْلَ اللهِ
E. AQWAALUL ULAMA’ MENGENAI SHOLAWAT
Banyak pandangan-pandangan dan pendapat para ulama’ mengenai sholawat. Ada yang diangkat dari qo’idah-qo’idah agama dan ada pula yang berdasar atas keyakinan dan pengalaman dzauqiyyah dan dari hasil-hasil mukasyafah. Antara lain seperti dibawah ini :
1. أَقْرَبُ الطُّرُقِ إِلَى اللهِ فِي أَخِرِ الزَّمَانِ خُصُوْصًا لِلْمُسْرِفِ كَثْرَةُ الإِسْتِغْفَارِ وَالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
(1) “Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Alloh pada akhir zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW” (Dari kitab Sa’adatud Daaroini).
2. إِنَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُنَوِّرُ الْقُلُوْبَ وَتُوْصِلُ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ إِلَى عَلاَّمِ الْغُيُوْبِ (سعادةُ الدَارينِ : 36).
(2) “Sesungguhnya membaca sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa Guru kepada Alloh Dzat Yang Maha Mengetahui segala perkara ghoib” (kitab Sa’adatud Daaroini hal. : 36).
3. وَبِالْجُمْلَةِ فَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُوْصِلُ إِلَى اللهِ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ. لأَنَّ الشَّيْخَ وَالسَّنَدَ صَاحِبُهَا لأَنَّهَا تُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُصَلِّي اللهُ عَلَى المُصَلِّي. بِخِلاَفِ غَيْرِهَا مِنَ الأَذْكَارِ فَلاَبُدَّ فِيْهَا مِنَ الشَّيْخِ الْعَارِفِ. وَإِلاَّ فَدَخَلَهَا الشَّيْطَانُ وَلاَيَنْتَفِعُ صَاحِبُهَا بِهَا (كَذَا فِي سَعَادةِ الدَارَيْنِ : 90).
(3) “Secara keseluruhan, membaca sholawat kepada Nabi SAW. Itu (dapat) mewushulkan kepada Alloh tanpa Guru. Oleh karena sesungguhnya Guru dan sanad di dalam sholawat itu adalah shohibus-sholawat (yakni Rosululloh SAW), oleh karena sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh membalas (memberi) sholawat kepada si pembaca sholawat. Berbeda dengan lainnya sholawat dari bermacam-macam dzikir. Maka tidak boleh tidak di dalam bermacam-macam dzikir itu (harus) ada guru (mursyid) yang ‘Arif Billah. Kalau tidak, maka setan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfa’at dari pada dzikirnya” (kitab Sa’adatud Daaroini hal. : 90).
Di dalam kitab Taqriibul Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma’rifati Robbi War-Rosul SAW karangan Syekh Zaini Dahlan diterangkan antara lain :
4. وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ اِتَّفَقُوْا أَنَّ جَمِيْعَ الأَعْمَالِ مِنْهَا الْمَقْبُوْلُ وَالْمَرْدُودُ إِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهَا مَقْبُوْلَةٌ قَطْعًا (تَقْرِيْبُ الأُوصُول:57, كِفَايةُ الأَتْقياء: 48).
(4) “Dan sesungguhnya para ulama’ sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak, terkecuali sholawat kepada Nabi SAW itu “Maqbuulatun Qoth’an” (pasti terima)” (Taqriibul Ushul hal. : 57).
Pasti diterima artinya, sekalipun membacanya kurang hudhur, kurang khusyu’. Bahkan sekalipun membaca dengan ujub, riya’, takabur, sholawatnya tetap diterima. Adapun ujub, riya’ dan takaburnya itu ada perhitungan sendiri. Artinya tidak menyebabkan ditolaknya sholawat. Berlainan dengan amalan-amalan selain sholawat. Disana ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, amal tersebut tidak diterima oleh Alloh SWT. Suatu amal (selain membaca sholawat) apabila dilaksanakan dengan riya’, ujub, takabur, amal itu tidak diterima. Bahkan disamping tidak diterima, kelak di akhirat dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal.
Demikian pendapat (qoul) yang paling shoheh. Dalam hubungan ini al-Mukarrom Mbah Kiyai Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menambahkan lebih lanjut, jadi jika sholawatnya diterima, otomatis nama si pembaca sholawat dan nama orang tuanya diperkenalkan kepada Kanjeng Nabi SAW. (lihat hadits no. 19 di hal. 36 di muka). Otomatis Kanjeng Nabi mensyafa’atinya, dan Alloh SWT memberi sholawat (rahmat dan maghfiroh) kepadanya, dan para malaikat ikut memohonkan rahmat dan ampunan bagi si pembaca sholawat.
(5) Al-Mukarrom As-Syekh Al ‘Arif Billah al-Haj Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menerangkan di dalam suatu kesempatan memberikan Kuliah Wahidiyah antara lain : bahwa membaca sholawat merupakan ibadah sunnah yang paling gampang yang diberi berbagai macam kebaikan yang tidak diperoleh pada ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat seperti dzikir, membaca Qur’an, sholat sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kebaikannya antara lain yaitu sekali membaca sholawat, spontan disyafa’ati oleh Rosululloh SAW. Disamping mendapat pahalanya membaca sholawat itu sendiri. Lebih-lebih jika membacanya dengan sungguh-sungguh ikhlas dan disertai adab-adab lahir batin sebaik-baiknya.
Setengah daripada kebaikan membaca sholawat lagi yaitu disamping ingat kepada Kanjeng Nabi SAW sekaligus menjadi ingat kepada Alloh SWT. Ingat kepada utusan tentu ingat kepada yang mengutus (yakni Alloh SWT). Dengan kata lain membaca sholawat sudah mengandung dzikir kepada Alloh SWT. Berarti, membaca sholawat sudah mencakup isi dan makna dua kalimat syahadah : “ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLOH SAW”. Sedangkan dzikir kepada Alloh SWT belum tentu ingat kepada Kanjeng Nabi SAW. Lagi, diantara manfaat membaca sholawat yaitu bahwa sholawat sudah mengandung istighfar, mohon ampunan Alloh Ta’ala dan mengandung do’a “Liqodhoi Hajat” dan lain-lain (lihat hadits dimuka).
Membaca sholawat dikatakan merupakan ibadah sunnah yang paling gampang, sebab disitu tidak ada syarat-syarat harus begini harus begitu, berbeda dengan ibadah-ibadah sunnah yang lain. Seperti dzikir misalnya, syaratnya dzikir antara lain hati harus benar-benar hudhur dan di dalam menuju wushul sadar kepada Alloh, dzikir harus ada guru mursyid yang menuntunnya. Jika kita, seperti diterangkan dimuka “Dakholahas Syaiton Falaa Yantafi’u Biha Shohibuha” – tergoda oleh setan dan orang yang dzikir tidak memperoleh manfaat daripada dzikirnya. Membaca Qur’an juga harus begitu. Harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kalau tidak, salah-salah malah bisa dikecam oleh al-Qur’an itu sendiri sebagaimana disebutkan :
رُبَّ تَالِ الْقُرْآنِ وَالْقُرْآنُ يَلْعَنُهُ (قَالَهُ أَنَسُ ابنُ مَالِكٍ)
“Banyak orang membaca Qur’an. Dan al-Qur’an melaknati pembacanya” (Dikatakan oleh Anas bin Malik).
Hal tersebut disebabkan antara lain karena kurang tepat bacaan dan adab-adabnya. Kurang tepat tajwid dan makhrojnya. Apabila tepat segala-galanya dan lebih-lebih sambil menghayati maknanya maka, membaca al-Qur’an adalah “Afdholul Ibaadah” = paling utamanya ibadah sunnah, sebagaimana sabda hadits :
أَفْضَلُ عِبَادَتِي أُمَّتِي تِلآوَةُ الْقُرْآنِ (رَواهُ البَيْهَقِي عن النُعْمَان بن بَشِيْر).
“Paling utamanya ibadah umat-Ku adalah tilawatil (membaca dengan menghayati) Qur’an” (Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu’man bin Basyir).
Keterangan dan uraian tersebut diatas kita tidak boleh salah mengartikan, tidak boleh kita salah gunakan. Kita tidak boleh lalu meremehkan ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat !. Sama sekali tidak boleh !. Keterangan tersebut dimuka malah harus justru mendorong kita untuk lebih berhati-hati didalam menjalankan ibadah-ibadah kepada Alloh SWT, baik ibadah-ibadah sunnah dan lebih-lebih ibadah yang wajib seperti sholat lima waktu, puasa dan lain-lain. Ibadah sunnah seperti membaca Qur’an, membaca dzikir, tahlil, tasbih, sholawat, sholat sunnah dan lain-lain harus kita jalankan dengan adab-adab lahir batin yang sebaik-baiknya disamping memenuhi syarat rukunnya. Membaca al-Qur’an misalnya, cara duduk dan menghadapnya, dalam keadaan suci dan sebagainya. Itu adab lahir. Sedangkan adab batin antara lain harus dengan niat ibadah kepada Alloh SWT dengan ikhlas tanpa pamrih, LILLAH didalam istilah Wahidiyah, hatinya harus hudhur dan menyadari bahwa yang dibaca adalah kalam Alloh yang diwahyukan kepada Rosululloh SAW. Dan bagi yang mungkin, sambil mengangan-angan atau menghayati maknanya. Bagi yang belum dapat memenuhi adab-adab seperti diatas harus ada usaha untuk belajar !.
Inilah antara yang menjadi tugas pendidikan kanak-kanak muslim sejak mulai tamyiz sampai menginjak dewasa, dan seterusnya.
Kembali tentang faedah membaca sholawat. Dari keterangan – keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa, membaca sholawat boleh dikatakan merupakan “Jembatan Emas” yang menyeberangkan manusia kepada pantai perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan ibadah kepada Alloh SWT. Sholawat boleh diibaratkan sebagai “Kendaraan Angkasa” yang membawa pembacanya kepada tingkat iman dan taqwa yang lebih tinggi, dan memperbaiki serta menyempurnakan akhlaaqul kariimah atau pekerti luhur.
Maka oleh karena itu membaca sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW. termasuk sarana batiniah yang penting didalam mewujudkan masyarakat toto tentrem, adil makmur, bahagia lahir batin didunia dan diakhirat yang diridhoi Alloh SWT, oleh karena dengan meningkatkan iman dan taqwa maka akan muncul berbagai macam barokah yang memberi manfaat yang luas kepada segenap makhluq. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat al-A’rof ayat : 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (7 – الأعراف : 96).
“Dan sekiranya ahli desa (negara) benar-benar iman dan taqwa, pasti kami bukakan bagi mereka bermacam-macam barokah dari langit dan dari bumi (dari arah yang dapat diperhitungkan dan yang tidak dapat diperhitungkan). Akan tetapi (sayangnya) mereka membohongkan (tidak konsekuen), maka KAMI ambil tindakan tegas mereka disebabkan karena perbuatan mereka” (7 – Al A’rof : 96).
(6) Didalam kitab Sa’adatud Daroini Fis Sholaati ‘Ala Sayyidil Kaunaini SAW diterangkan bahwa diantara faedah sholawat yang besar adalah terbayangnya hati si pembaca kepada Rosululloh SAW.
وَمِنْ أَعْظَمِ فَائِدَتِهَا اِنْطِبَاعُ صُوْرَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَلْبِ المُصَلّي (سَعَادَةِ الدَارَيْنِ:506).
“Sebagian dari faedah membaca sholawat yang paling agung adalah tercetaknya shuroh (gambar pribadi) Rosuululloh SAW didalam hati si pembaca sholawat” (Sa’adaatud Daaroini hal. : 506).
Dalam Bahasa Jawa “Tansah Keton-ketonen” Kanjeng Nabi SAW = hati selalu terbayang kepada Kanjeng Nabi SAW. Alhamdulillah diantara para pengamal Wahidiyah banyak yang memperoleh pengalaman seperti itu.
Hubungan dengan hal tersebut, didalam Wahidiyah sering diserukan supaya melatih hati dengan istihdhor, yakni “merasa berada dihadapan Rosululloh SAW”, baik ketika membaca sholawat, maupun di luar membaca sholawat. Atau merasa seolah-olah seperti mengikuti Rosululloh SAW dimanapun kita berada. Dengan terus-menerus membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”, alhamdulillah dikarunia dapat lebih mudah mengetrapkan istihdhor seperti itu.
Orang yang hatinya senantiasa istihdhor seperti itu sendiri tidak berani melakukan soal-soal atau perbuatan yang dilarang oleh agama. Tidak berani melanggar larangan-larangan Alloh dan Rosul-NYA SAW. Tidak berani melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri lebih-lebih merugikan orang lain. Senantiasa berhati-hati didalam segala hal dan tingkah laku. Takut kalau-kalau tidak diridhoi Alloh wa Rosuulihi SAW. Dengan kondisi batiniyah seperti itu ia akan selalu mendapat Pancaran Nur ke-nabi-an atau Nuur Nubuwwatihi SAW. Makin kuat dan makin mendalam istihdhor-nya, makin banyak bertambah-tambah pula pancaran Nur ke-nabi-an menyinari hatinya dan menembus kepada budi pekerti melahirkan akhlaqul karimah yang sempurna. Otomatis kondisi batiniyah seperti itu menjadikan orang yang bersangkutan senantiasa ber-takholluq (berbudi pekerti) seperti budi pekerti Alloh wa Rosuulihi SAW.
اللهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ هَؤُلآءِ آمِينْ.
Semoga Alloh menjadikan kita dan mereka termasuk golongan orang-orang seperti diatas !. Amiin !.
Hidup dan kehidupan orang yang seperti diatas sudah barang tentu akan memberi manfa’at kepada dirinya sendiri dan keluarganya, membuahkan bagi orang lain, bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan bagi makhluq- makhluq pada umumnya.
Dengan senantiasa “ISTIHDHOR” kepada Kanjeng Nabi SAW seperti diatas, orang akan benar-benar bisa menempati “HAQIIQOTUL MUTAABA’AH”, yaitu hakikatnya mengikuti yang sesempurna-sempurnanya. Mengikuti dalam arti yang seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya. Mengikuti tingkah laku orang yang diikuti, kemudian meniru akhlaqnya, meniru perangainya, meniru cara-caranya berbuat dan bertindak, melakukan, apa yang disukai lebih-lebih yang diikuti, dan menjauhi apa-apa yang tidak disukai lebih-lebih yang dilarang oleh orang yang diikuti. Tidak berbeda dengan keadaan orang yang sedang dimabuk cinta atau mahabah yang mendalam. Kemanapun dan dimanapun ia berada selalu ingat dan terbayang kepada orang yang dicintai. Sampai-sampai ucapannya, tingkah lakunya, gerak-geriknya meniru ucapan, tingkah laku dan gerak-gerik orang yang dicintai. Dia selalu terbayang atau “istihdhor” kepada orang yang dicintai. Tepat sekali apa yang diterangkan didalam kitab Taqriibul Ushul hal. 55 atau kitab Sa’aadatud Daaroini hal. 35 sebagai berikut :
قَالَ الشَّاذَلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَقُلْتُ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَاحَقِيْقَةُالْمُتَابَعَةِ ؟. فَقَالَ: حَقِيْقَةُ الْمُتَابَعَةِ رُؤْيَةُ الْمَتْبُوْعُ عِنْدَ كُلِّ شَيْئٍ وَمَعَ كُلِّ شَيْئٍ وَفِي كُلِّ شَيْئٍ (وَالمُرَادُ رُؤْيَةُ الشُهُوْدِ) (تَقْرِيبُ الأُصُولِ:55, جَامِعُ االأُوصُوْلِ: 25).
“Berkata Imam Syadzali rodhiyallooh ‘anhu : “aku melihat Rosululloh SAW. kemudian aku bertanya : Yaa Rosuulalloh, apakah haqqiigotul mutaaba’ah (hakikat mengikuti) itu, Rosululloh menjawab : “Ru’yatul matbu’ ‘inda kulli syai-in wa ma’a kulli syaiin wa fii kulli syai-in” = melihat yang diikuti berada disamping segala sesuatu, bersama segala sesuatu dan didalam segala sesuatu yang dimaksud”. (Dan yang dimaksud adalah ru’yah syuhud : melihat secara pandangan batin).
Maka jika benar-benar haqqul yakin mengikuti Rosululloh SAW. seharusnya bisa melihat Beliau SAW. dimana saja dan kapan saja. Istilah yang lebih ringan “terbayang” atau “ingat”. Melihat disini, dengan mata hati atau disebut “bashiroh”. Akan tetapi juga mungkin dengan mata lahir apabila kondisi batiniyahnya cukup kuat. Sudah barang tentu tidak sembarang hati yang dikaruniai bashiroh seperti itu. Hanya hati yang bersih dan jernih saja yang mempunyai bashiroh. Makin bersih, makin jernih dan makin suci, makin tajam dan makin kuat pula bashirohnya sehingga bisa menembus pada penglihatan mata lahir. Dikatakan juga “Mukasyafah”, melihat Rosululloh SAW. ‘yaqodhotan’ = dalam keadaan jaga (bahasa Jawa melek-melekan). Mengenai bertemu Rosululloh SAW. ini insya Alloh akan dibahas dibelakang.
Orang mengikuti apabila tidak bisa melihat kepada yang diikuti besar kemungkinan mengalami kebingungan bahkan bisa tersesat jalan terpisah dari yang diikuti tidak merasa. Mari kita koreksi diri kita masing-masing selama ini yang mengaku pengikut Rosululloh SAW atau sebagai umat Muhammad SAW. Jangan-jangan telah tersesat tidak merasa !. Na’uudzu billah min dzaalik !. Ibarat sholat berjama’ah, kita para umat adalah makmum, dan Rosululloh SAW. imamnya. Apabila makmum tidak mengikuti gerakan imam menjadi batal makmumnya. Batalnya makmum di dalam sholat bisa diqodho’ pada kesempatan lain. Akan tetapi batalnya makmum kepada Rosululloh SAW bisa membawa akibat fatal, menjadi batal Iman Islam kita !. Nau’uudzu Billah. Oleh karena itu, mari kita senantiasa koreksi diri bagaimana hubungan bathin kita terhadap Rosululloh SAW !.
AL FAATIHAH…..
YAA SYAAFI’ AL KHOLQISH SHOLAATU WASSALAAM
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH
AL FAATIHAH !
Syekh Abul Abbas al-Mursyi mengatakan sebagaimana dimuat di dalam kitab Taqriibul Ushul hal. 55 dan kitab Sa’aadatud Daaroini hal. 440 sebagai berikut :
قَالَ السَّيِّدُ الشَّيْخُ أَبُو الْعَبَّاسِ المْرُْسِيُّ : لَوْ حُجِبْتُ طَرْفَةَ عَيْنٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَعْدَدْتُ بِالْمُسْلِمِيْنَ (سَعَادة الدَارَيْن :44, تقْرِيْبُ الأُصُوْل:55).
“Seandainya aku terhijab dari (tidak melihat atau mengingat) Rosululloh SAW. sekejap mata saja, aku tidak berani menghitung diriku dari golongannya kaum Muslimin”. (Taqriibul Ushul : 55, dan Sa’aadatud Daaroini “ 44)
Demikian tebal dan kuatnya iman seseorang yang hatinya senantiasa dipancari oleh “Nur Cahaya Kebenaran” atau “Nuuru Nubuwwatihi SAW”. Tidak tanggung-tanggung mengoreksi dirinya sendiri. Berani menghukum dirinya dengan jujur.
Sesungguhnya “Nuuru Nubuwwatihi SAW” itu tiada putus-putusnya senantiasa menyinari kalbu kaum mukminin dan muslimin terus-menerus. Akan tetapi hanya hati yang bersih, bening dan dilingkari oleh iman yang membaja saja yang bisa melihat dan menyadari terhadap pancaran “Nuuru Nubuwwatihi SAW” yang menyinari kedalam dirinya. Sedangkan hati yang masik kotor, yakni hati yang masih tertutup tebal oleh belenggunya aghyaar (apa-apa selain Alloh), hati yang masih dikotori oleh kabut pedutnya nafsu, hati yang dibelenggu oleh rantai imperialis ananiyah, sekalipun masih ada iman sedikit-sedikit akan tetapi tidak dikaruniai “Bashiiroh” atau penglihatan batin sehingga tidak menyadari bahwa dirinya adalah hanya sebagai hamba Alloh, sebagai ABDULLOH yang tidak memiliki kemampuan apa-apa, bahwa dirinya adalah sebagai umat Rosululloh SAW., yang senantiasa menerima jasa dan oleh karena itu seharusnya senantiasa sadar dan ingat kepada Rosululloh SAW.
Jadi hati manusia itu ibaratnya seperti kaca cermin (kaca pengilon). Jika kotor tertutup oleh debu tidak bisa dipakai bercermin sebab tidak bisa memantulkan cahaya yang menyinarinya. Baru bisa dipakai bercermin apabila digosok, dibersihkan debu-debu dan kotoran yang menempel. Begitu juga hati manusia apabila kotor, tidak jernih, tidak bisa memantulkan cahaya kebenaran yang memancar kedalam dirinya. Maka dari itu usaha menjernihkan hati harus dilakukan secara terus-menerus. Tidak cukup hanya satu kali. Operasi mental merupakan proses yang harus berkesinambungan, agar supaya hati tetap dalam keadaan jernih dan bersih dari kotoran- kotoran dosa yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Satu-satunya obat pembersih hati yang paling mujarab, paling paten adalah seperti yang disebutkan didalam al-Qur’an yaitu “DZIKRULLOH”, ingat dan sadar kepada Alloh SWT. Dzikrulloh bukan hanya diucapkan dengan lisan, yang pokok adalah dzikrul-qolbi atau ingatnya hati kepada Alloh SWT. Sekalipun lisan terus-menerus mengucapkan Alloh-Alloh, akan tetapi jika hatinya tidak hudhur, bersih hati, melainkan bahkan bisa menjadi makin kotor karena merasa berkemampuan yang umumnya tidak disadari orang sebagai dosa. Padahal justru merupakan dosa besar bahkan dosa paling besar; sebab disitu lalu timbul coup atau pemberontakan terhadap kekuasaan Alloh SWT, mempersekutukan Alloh SWT secara samar-samar yang disebut “SYIRIK KHOFI”. Mempersekutukan Alloh SWT dalam dirinya, dengan merasa bahwa dirinya ada dan mempunyai kemampuan. Lupa dan tidak sadar segala sesuatu itu adalah ciptaan dan digerakkan oleh Alloh SWT.
Fungsi dan hikmah sholat adalah dzikrulloh sebagaimana Firman Alloh SWT :
إِنَّنِي أَنَا اللهُ لآإِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْري (13- طه :28).
“Sesungguhnya AKU ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah sholat untuk mengingat AKU” (20 – Thoha : 14).
Jika hikmah tersebut bisa diperoleh oleh orang yang menjalankan sholat, maka otomatis hatinya menjadi bersih, tenang dan tentram.
Firman Alloh SWT menjamin hal itu :
اَلَّذِيْنَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهمْ بِذِكْرِاللهِ أَلآ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ القُلُوْبَ (13- الرعْدُ : 28)
Artinya kurang lebih :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh. Ingatlah hanya dengan mengingat Alloh lah hati menjadi tentram” (13 – Ar Ro’du : 28).
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ (29-العنْكًبُوت :45).
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Alloh adalah lebih besar (manfaatnya)” (29-al-Ankabut: 45).
Demikianlah jaminan yang diberikan oleh Alloh SWT kepada orang-orang yang menjalankan sholat. Akan tetapi mengapa kenyataannya tidak seperti itu ?. Kita juga sudah aktif menjalankan sholat akan tetapi mengapa hati kita masih sering bingung, tidak tenang, tidak tentram, tidak mutmainnah, tidak banyak ingat kepada Alloh, dan kita masih sering terjerumus ke dalam perbuatan munkar dan maksiat ?. Jawabnya harus kita cari di dalam diri kita sendiri. Yaitu antara lain sholat kita masih belum benar. Kita melaksanakan sholat belum memenuhi syarat dan adab-adabnya sholat. Adab lahir maupun adab batin. Maka kita tidak bisa memperoleh jaminan yang diberikan oleh Alloh SWT tersebut. Hati kita masih kotor, dikotori oleh kepentingan-kepentingan hawa nafsu, kita tidak merasa. Misalnya, kita melaksanakan sholat tidak dengan niat ikhlas beribadah kepada Alloh SWT melainkan ada keinginan-keinginan, ingin pahala, ingin surga, dan lain-lain sehingga nilai ikhlas kita tidak murni.
Maka oleh karena itu perlu terus usaha meningkatkan dan memperbaiki sholat kita. Dan disamping itu perlu ada kegiatan lain untuk menunjang berhasilnya operasi mental membersihkan dan menjernihkan hati. Antara lain yaitu dengan dengan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi SAW. sudah kita bahas dimuka. Sholawat apa saja, khususnya Sholawat Wahidiyah, oleh karena Sholawat Wahidiyah memang dikhususkan untuk menjernihkan hati dan ma’rifat sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Singkatnya, jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati untuk menuju sadar ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW adalah :
1. Memperbanyak berdepe-depe taqorrub mendekatkan diri, bertaubat mohon ampunan kepada Alloh SWT.
2. Memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi SAW.
3. Memperbanyak tasyafu’an, memohon syafa’at kepada Rosululloh SAW. ;
4. Memohon bantuan (moril), memohon do’a restu, memohon barokah, karomah, nadhroh Ghoutsu Hadzaz Zaman dan para Auliya’ kekasih Alloh SWT Rodhiyalloohu Ta’ala Anhum, agar beliau-beliau berkenan membantu permohonan kita kepada Alloh SWT.