Suatu saat saya membaca buletin bulanan yang diterbitkan oleh pemda Gresik, dalam buletin tersebut terdapat keterangan tentang manfa’at ISTHGFAR dan MUJAHADAH. Untuk makna istihgfar saya telah memahami. Sedangkan kalimah mujahadah saya belum pernah mengenal apalagi memahami. Saya sangat tertarik dengan keterangan faedah mujahadah yang ada dalam buletin tersebut.
Karena tidak tahu makna Mujahadah kepada tokoh agama siapa saya harus bertanya. Saya setiap malam melaksanakan sholat tahajjud dengan harapan agar mendapat petunjuk dari ALLOH tentang makna mujahadah tsb. Suatu malam setelah saya melaksanakan sholat tahajjud, dalam keadaan sadar dan nyata saya kedatang seorang tamu berwajah tampan dan bersih. Saya persilahken masuk dan duduk, beliau ini bercerita sebagai layaknya tamu tamu kami pada umumnya.
Namun diujung pembicaraannya beliau berkata kepada saya : “Kalau ingin mengerti makna mujahadah, sampean pergi saja ke daerah Babat (kota kecamatan – dikabupaten Lamongan) terus ke barat, carilah daerah Kedunglo”. Setelah dawuh ini, beliau undur diri (berpamitan). Kami mengantar beliau sampai ke jalan raya. Sampai dijalan raya kami berdua berjabat tangan. Dan baru beberapa meter beliau melangkah, tiba tiba beliau menghilang dari hadapan saya. Bulu kuduk saya berdiri, hati bertanya-tanya siapa orang ini, manusia atau bangsa jin ?.
Pada hari berikutanya saya memberanikan diri untuk bersilaturohmi kepada 3 ulama’. Kami mohon penjelasan tentang siapa sebenarnya orang yang menemui dan memberi penjelasan kepada saya tersebut. Ketiga ulama’ tersebut adalah : Mbah Abdulloh Faqih Pengasuh PP Langitan Tuban, Gus Asrori Kedinding Surabaya dan Abah Toyib tokoh ulama’ daerah Gresik.
Kepada saya beliau bertiga ini memberi penjelasan yang sepadan artinya, yang maksudnya antara lain :
01. Sari jawaban Mbah KH Abdulloh Faqih langitan, sbb. :
- Kedunglo itu nama pondok pesantren yang ada dikota Kediri,bukan nama daerah.
- Langitan itu tinggi tingginya langit, namun masih ada langit yang lebih tinggi. Sampean harus faham ISYAROH saya ini.
- Dipondok Kedunglo itu ada Sholawat Wahidiyahnya dan apabila digabung dengan kitab Ihya’ Ulumuddinnya Iman Ghozali yang diajarkan disini, ibarat tumbu (bejana) dengan tutupnya. ( Tumbu oleh tutup ).
- Yang menemui sampean itu ORANG AGUNG dihadapan ALLOH SWT.
- Dulunya kedunglo diasuh oleh Mbah KH. Abdul Madjid Ma’ruf, sekarang diteruskan oleh putranya KH. Abdul Latif Madjid.
- Mbah Madjid waktu masih bujang dulu pernah berkunjung ke Langitan sini dan waktu itu sudah tampak karomahnya.
02. Gus Asrori Kedinding Surabaya.
Kepada beliau saya ceritakan hasil sowan saya kepada Mbah Faqih Langitan. Setelah saya bercerita beliau berkata, sbb. :
- Benar apa yang didawuhkan oleh Mbah Faqih tersebut
- Saya sendiri mengamalkan Sholawat Wahidiyah, namun belum saya tampakkan.
- Ma’rifat kepada waliyulloh itu lebih sukar daripada ma’rifat kepada ALLOH SWT.
- Sampean harus segera pergi ke pondok Kedunglo.
03. Abah Thoyyib.
Kepada beliau ini juga saya ceritakan dawuh dari Mbah Faqih dan Gus Asrori. Setelah saya cerita,beliau berkata, sbb. :
a. Kedunglo itu ada Sholawat Wahidiyah dan memang sholawat itu karomahnya tinggi.
b. Sampean segera pergi saja ke Kedunglo dan ALLOH telah menghendaki sampean mendapat petunjuk.
Kami berangkat sowan ke Kedunglo, saat kami sowan Beliau Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid Ra di Kedunglo, kami agak terperanjat, ternyata orang yang menemui saya setelah sholat tahajjud waktu itu adalah beliau Kanjeng Romo KH Abdul Latif Majid Ra. Dihadapan beliau RA ini saya tidak berani berkata-kata apapun. Kami terheran heran, karena gaya bicara, inti bicara dan pandangan wajah beliau Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid Ra kepada saya, tidak bedanya dengan apa yang terjadi waktu saya bertemu Beliau RA di rumah saya secara ruhani. Yang saya lihat, saat sowan ibarat melihat pemutaran ulang film yang telah terjadi. Saya terharu dengan kejadian ini. Dawuh terakir beliau Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid Ra kepada saya : “Sekarang Sampean yang tekun dalam mujahadah Wahidiyah”.
Sesudah pulang kerumah saya mujahadah 40 hari. Pada hari ke 15, saya secara sadar dihadiri oleh beliau Kanjeng Romo KH Abdul Latif Madjid Ra. Oleh Kanjeng Romo Yahi Ra saya diajak pergi menuju kerumah yang sangat indah dan megah. Didalam rumah tersebut terdapat 4 orang yang sedang melaksanakan musyawaroh (namun saya tidak tahu apa yang dibahas). Beliau Kanjeng Romo Yahi Ra menyuruh saya duduk diatas kursi yang masih kosong. Dan kepada saya Beliau RA dawuh : “Sampean duduk disini saja dan sampean wiridan saja. Wahidiyah terus sampean uri-uri (ikut merawat dan memperjuangkan), Saya akan pergi dulu.[ ]
Dialami n dilaporkan oleh Ahmad Subekti Urip. Alamat : Gadukan RT 05/11 no.29 Desa Glanggang Duduk Kab Gresik.
Posted by :
AHMAD DIMYATHI S. AG.
7 September 2019